Di tengah pertumbuhan jumlah penduduk yang makin tinggi, alat transportasi massal yang modern, cepat, dan aman menjadi kebutuhan warga. Februari kemarin setelah melalui uji coba dan sekarang sedang dilakukan uji coba publik, Jakarta siap menyambut era baru transportasi publik dengan kemunculan Mass Rapid Transit (MRT).
google pict
Tapi di sudut lain Kota Jakarta, rupanya masih dapat kita jumpai alat transportasi yang bisa dibilang kuno dan nyaris tak membutuhkan teknologi canggih. Ojek ontel atau ojek sepeda namanya. Geraknya hanya mengandalkan kekuatan kaki penganyuhnya dan kapasitasnya hanya dapat membawa 1 penumpang dewasa.Dari kategori usia transportasi umum di Jakarta, ojek ontel berada di urutan tertua, setelah bajaj dan bemo. Hari ini keberadaan ojek ontel makin terancam dengan maraknya kehadiran ojek online.Ojek ontel mudah dijumpai di sekitar Stasiun Beos, Kawasan Kota Tua, Pasar Pagi, Pelabuhan Sunda Kelapa hingga sekitar Tanjung Priok, Jakarta Utara. Bagi beberapa tokoh Indonesia, sepeda ontel bukanlah sekadar alat transportasi. Ontel adalah sebuah alat untuk menemukan ide dan turut berkontribusi dalam memerdekakan Indonesia.
Quote:
google pict
Sang Proklamator, Soekarno menjadikan ontel sebagai kendaraan yang menemaninya berkeliling ke berbagai daerah hingga bertemu sosok Marhaen di daerah Bandung Selatan. Ia mengabadikan Marhaen sebagai paham yakni Marhaenisme. Pun, para kaum nasionalis menggunakan ontel sebagai kendaraan untuk melancarkan propaganda, bergerak dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyampaikan pidato.
Jauh sebelum kemerdekaan, pemerintah kolonial menggunakan ontel sebagai tranportasi untuk mengunjungi raja.
Pada tahun 1942 Jepang menginjakan kakinya di Indonesia. Berbekal sepeda ontel, mereka melakukan penyerangan-penyerangan. Satu hal yang membuat suram eksistensi ontel adalah saat Jepang melarang sepeda ontel Eropa masuk ke nusantara.
Dari situ Soekarno mempunyai insiatif terkait sepeda ontel. Pasca merdeka, ia menginstruksikan produksi sepeda ontel dalam negeri dengan merk Banteng, Garuda dan Dwi Warna. Produksi sepeda-sepeda itu tersebar di beberapa kota di antaranya Bandung, Semarang dan Surabaya.
Bukan hanya Soekarno yang memiliki kisah dengan sepeda ontel. Ahmad Yani dan Abdul Haris Nasution punya kisah tersendiri. Sepeda Yani menjadi saksi karier Yani di militer, membawanya pada puncak karier di Angkatan Darat.
Tak beda jauh dengan Ahmad Yani, gerak AH Nasution juga sangat bergantung pada sepeda ontelnya. Ontel-lah yang mengantarkan perjalanan dinasnya dari Jawa Timur hingga ke Jawa Barat.
Meski memiliki peran sejarah, peran ontel yang makin terhimpit jaman tak mungkin terelakkan. Mengantispasi matinya ontel di Indonesia beberapa komunitas berupaya memelihara transportasi ramah lingkungan ini. Di Jogja ada Village by Bicycle dari Komunitas Towilfiets sementara di Cibinong ada Komunitas Ontel Cibinong(Konci).Meski di kalangan masyarakat pedesaan ontel masih menjadi transportasi andalan, namun itu bukan berarti ontel masih berjaya.Seiring berjalanya waktu, daur sejarahpun terjadi, sang primadona pelan-pelan dianggap usang. Ontel telah melalui sejarah yang panjang, akankah bertahan atau digilas zaman?
No comments:
Post a Comment